Orang tua juga bisa salah, minta maaf yuk ke anak!”
Begitu isi konten akun Instagram @parentalk.id pada 25 Februari 2021. Akun yang berbasis di Instagram ini fokus memberikan konten seputar parenting. Tercatat, akun ini memiliki sekitar 855 ribu followers. Kebanyakan dari mereka adalah orang tua atau calon orang tua dari Generasi Milenial yang aktif menggunakan media sosial.
Bersama Generasi Z, Generasi Milenial mendominasi hasil Sensus Penduduk 2020 (BPS, 2021). Dari seluruh penduduk di Indonesia, ada 25,87 persen Generasi Milenial yang terdata di dalam SP 2020. Generasi Milenial dapat didefinisikan sebagai penduduk yang lahir antara tahun 1981-1996 dan saat ini berada di rentang usia 24-39 tahun. Pada rentang usia itu, diperkirakan mayoritas masyarakat sudah memilih untuk menikah dan menjadi orang tua.
Generasi milenial sering dikaitkan dengan kemampuannya menggunakan internet karena mereka tumbuh di tengah perkembangan internet yang semakin masif. Karena itulah, para orang tua milenial, khususnya di daerah dengan jaringan internet yang lebih memadai, mendapatkan banyak informasi mengenai parenting dari berbagai sumber di internet. Kini, orang tua bisa dengan mudah memasukkan kata kunci berbagai pertanyaan mereka mengenai parenting ke dalam mesin pencarian Google dan mendapatkan artikel yang mungkin bisa membantu menjawab pertanyaan mereka.
Setyastuti, Suminar, Hadisiwi, & Zubair (2019) melakukan riset dengan menyebarkan kuesioner kepada 443 pengguna Facebook di Indonesia. Syarat dari responden mereka adalah seorang ibu yang lahir di tahun 1980-2000 dan menggunakan media sosial secara aktif. Hasilnya, ada 55,4 persen ibu milenial yang memilih menggunakan internet, khususnya media sosial, sebagai sumber mencari informasi parenting.
Dari penelitian ini, terungkap bahwa media sosial yang paling sering digunakan adalah WhatsApp (94,8 persen), Instagram (82,8 persen), dan Facebook (79,2 persen). Hasil ini menunjukkan bahwa orang tua milenial tidak lagi mengacu pada nilai-nilai tradisional dan keluarga dalam mempengaruhi keputusan parenting mereka.
Perilaku ini dapat berperan penting dalam menentukan masa depan generasi berikutnya. Generasi milenial adalah orang tua dari Post Generasi Z atau sering disebut juga sebagai Generasi Alpha yang saat ini mengisi 10,88 persen dari total populasi Indonesia. Jika Generasi Milenial bisa mengasuh anak-anaknya secara optimal, hal ini tentu menjadi bekal yang baik bagi generasi berikutnya yang menentukan masa depan Indonesia.
Di media sosial, akun-akun bertema parenting memiliki banyak pengikut. Mereka menyajikan topik-topik yang luas terkait peran orang tua: mulai dari nutrisi, kesehatan, tumbuh kembang, hingga psikologi anak. Selain itu, akun parenting juga seringkali tidak melupakan tema-tema pernikahan untuk menguatkan hubungan suami dan istri yang sudah atau akan menjadi orang tua.
Menariknya, semua konten didapatkan dari pendapat para ahli, hasil-hasil penelitian terbaru, maupun buku-buku yang telah dibaca oleh admin dari akun tersebut. Menjadi orang tua sejatinya merupakan proses pembelajaran, karena itulah para ahli di bidang masing-masing memang disarankan untuk terus memberikan informasi dan petunjuk kepada para orang tua melalui media-media yang lebih populer (Assarsson & Aarsand, 2011). Selain @parentalk.id, beberapa akun lain juga membahas tema parenting sebagai konten utama mereka di Instagram, seperti @gaia_parenting, @mommiesdailydotcom, @parentingiseasy.id, @parentuniversity_id, dan masih banyak akun-akun lainnya.
Dengan semakin banyaknya akun mengenai parenting di media sosial, orang tua milenial membutuhkan sumber informasi yang akurat dan terpercaya. Haley & Venskytis (2019) percaya bahwa orang tua milenial akan lebih loyal dan tertarik kepada sumber informasi yang tersedia secara daring, terlebih pada sumber yang memiliki media sosial. Karena itulah, pemerintah harus turut terlibat dalam arus informasi mengenai parenting di internet kepada para orang tua milenial.
Ada beberapa strategi yang harus dilakukan oleh pemerintah untuk mendorong arus informasi yang tepat dan bermanfaat mengenai parenting. Pertama, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) harus terus menegakkan hukum untuk pemberantasan berita palsu (hoax) yang tidak akurat, seperti mengenai parenting agar tidak terjadi kesalahan informasi mengenai pengasuhan anak.
Kedua, Kemkominfo harus terus mendorong pemerataan jaringan internet ke seluruh Indonesia. Jika saat ini akses informasi melalui internet hanya dapat dinikmati oleh mereka yang tinggal di kota-kota besar dan sekitarnya, pembangunan infrastruktur internet dapat mendukung arus informasi yang lebih baik ke daerah lainnya.
Ketiga, Kementerian Kesehatan, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, serta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dapat memberikan edukasi melalui konten-konten berkualitas dan menarik mengenai parenting di akun media sosial mereka. Alternatif lainnya adalah pemerintah bekerja sama dengan akun-akun parenting atau mengundang para ahli parenting yang sudah lebih dahulu populer untuk memberikan informasi.
Ketiga hal ini penting untuk diimplementasikan untuk mendukung arus informasi bermanfaat melalui internet agar tercipta generasi berikutnya yang lebih berkualitas. Mengutip Ki Hajar Dewantara, “Lawan sastra ngestu mulya”. Dengan ilmu, kita menuju kemuliaan.
Referensi
Assarsson, L., & Aarsand, P. (2011). ‘How to be good’: media representations of parenting. Studies in the Education of Adults, 43(1), 78–92. https://doi.org/10.1080/02660830.2011.11661605
BPS. (2021). Potret Sensus Penduduk 2020 Menuju Satu Data Kependudukan Indonesia. Jakarta.
Haley, E., & Venskytis, E. J. (2019). Re-Calibrating Pediatric Counseling for the Millennial Parent. Retrieved from Audiology Online website: https://www.audiologyonline.com/articles/re-calibrating-pediatric-counseling-for-26309
Setyastuti, Y., Suminar, J. R., Hadisiwi, P., & Zubair, F. (2019). Millennial Moms: Social Media as The Preferred Source of Information about Parenting in Indonesia. Library Philosophy and Practice, 2558.
**Artikel ditulis oleh Kanetasya Sabilla – Peneliti Pertama di Pusat Penelitian Ekonomi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)
**Artikel merupakan artikel terpilih dalam event RISED OPEN ARTICLE EDISI 2
**Segala informasi yang kami muat dalam artikel ini merupakan pandangan pribadi penulis dan tidak merepresentasikan pandangan institusi