Get In Touch
Gubeng Kertajaya V C/47 Surabaya,
East Java, 60286 - Indonesia
info@rised.or.id
Ph: +62 813 3516 1510
Work Inquiries
rised@rised.or.id
Ph: +62 813 3516 1510

Peluang Ekonomi Digital Indonesia

Ekonomi Digital

Picture by Information Age

Sebagai rumah bagi 185 juta pengguna internet dengan tingkat penetrasi internet sebesar 68% (Statista, 2020), Indonesia memiliki potensi ekonomi digital yang sangat besar. Angka tersebut bahkan diperkirakan akan naik menjadi 256 juta pengguna pada tahun 2025. Dengan jumlah ​user base yang begitu banyak, studi yang dilakukan oleh Google, Temasek, dan Bain & Company (2019) memprediksi bahwa total nilai transaksi (​Gross Merchandise Value) yang dilakukan melalui platform ekonomi digital akan mencapai US$130 miliar pada tahun 2025, dengan rata-rata tingkat pertumbuhan sebesar 49% per tahun sejak tahun 2015. Selain itu, McKinsey & Company (2016) juga memproyeksikan bahwa kontribusi ekonomi digital pada tahun 2025 dapat mencapai 10% dari total Produk Domestik Bruto (PDB). Jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga, angka pertumbuhan ekonomi digital Indonesia merupakan yang tertinggi di Asia Tenggara sekaligus penyumbang terbesar nilai ekonomi digital di kawasan tersebut (Google, 2019). Lalu, dengan ​market performance yang relatif tinggi serta peluang yang menjanjikan, apa yang bisa kita pelajari dari pertumbuhan dan perkembangan sektor ini di Indonesia?

Laju pertumbuhan ekonomi digital Indonesia yang begitu pesat ditopang oleh pertumbuhan sejumlah subsektor utama. Dengan total nilai transaksi sebesar US$21 miliar pada tahun 2019, ​e-commerce merupakan ​backbone dan penunjang vital ekonomi digital di Indonesia (Google., 2019). Total nilai transaksi dalam subsektor ini bahkan diperkirakan mencapai US$82 miliar pada tahun 2025. Sementara itu, ​online travel menempati posisi kedua dengan total nilai transaksi sebesar US$10 miliar, disusul oleh ​online media dan ​ride hailing yang memiliki jumlah kontribusi senilai US$9 miliar. Selain empat subsektor tersebut, pesatnya pertumbuhan ekonomi digital juga tidak lepas dari pertumbuhan tingkat adopsi ​financial technology (​fintech) di Indonesia. Studi yang dilakukan oleh Catcha Group (2018) menunjukkan bahwa subsektor ini memiliki ​market size senilai US$22 miliar pada tahun 2018, dan diprediksi akan naik sekitar dua kali lipat menjadi US$54 miliar pada tahun 2025. Dalam hal ini, pertumbuhan tingkat adopsi ​fintech bisa saja memiliki hubungan yang positif dengan pertumbuhan sejumlah subsektor utama dalam ekonomi digital, mengingat kehadiran layanannya yang semakin memudahkan masyarakat dalam melakukan transaksi. Oleh karena itu, pemerintah juga perlu menentukan formulasi kebijakan yang tepat untuk mendorong pertumbuhan subsektor ini.

Agar potensi ekonomi digital di Indonesia dapat lebih ditingkatkan, kita tidak bisa meningkatkan potensi hanya bertumpu pada empat subsektor utama tersebut dan harus melakukan ekspansi digital. Dalam hal ini, digitalisasi juga harus dilakukan pada sektor-sektor lainnya, khususnya sektor yang memiliki kontribusi terbesar bagi struktur perekonomian Indonesia. Berdasarkan data yang dilansir oleh BPS sepanjang triwulan pertama tahun 2020, sektor industri merupakan penyumbang terbesar PDB Indonesia dengan persentase sebesar 19.98. Namun terlepas dari peran vital sektor industri, digitalisasi dalam sektor ini masih sangat terbatas. Kurangnya tingkat digitalisasi sektor industri dapat dilihat dari rendahnya pengeluaran TIK per PDB untuk sektor ini jika dibandingkan dengan ​peer countries maupun sektor-sektor yang lain (McKinsey & Company, 2016). Padahal, laporan yang sama dari McKinsey & Company juga menunjukkan bahwa optimalisasi sektor industri secara digital dapat menaikkan kontribusi terhadap PDB menjadi 34.4% dalam lima tahun ke depan. Oleh karena itu, perhatian khusus dari pemerintah maupun para investor juga perlu diberikan kepada sektor-sektor lain yang memiliki potensi besar namun masih belum dikelola secara optimal. Pemerintah juga perlu mempertimbangkan faktor-faktor yang berpengaruh pada perkembangan ekonomi digital Indonesia.

Jadi, faktor-faktor apa sajakah yang perlu diperhatikan agar pemerintah dapat meningkatkan perekonomian digital di Indonesia?

Faktor pertama tentu saja angka pengguna internet yang sangat besar. Menurut We Are Social, pada tahun 2020 setidaknya terdapat 175,4 juta pengguna internet di Indonesia, atau sekitar 64% dari jumlah penduduk Indonesia. Dilansir dari detikinet, terdapat kenaikan 17% dibanding tahun sebelumnya (Haryanto, 2020), dan hal ini didukung oleh harga paket data seluler yang relatif murah dibanding negara lain sehingga hal ini akan memudahkan transaksi pada platform online. Lalu selanjutnya adalah konsumen berusia muda dan melek akan digital. Sekitar sepertiga dari jumlah penduduk Indonesia berada pada kisaran umur 16-35 tahun yang sudah melek teknologi dan sekitar 100 juta orang sudah terdaftar di bank yang mana hal ini mendukung pemakaian platform online. Selain itu, McKinsey menyatakan bahwa pada saat ini konsumen 2,6 kali lebih sering bertransaksi dengan platform digital dibanding pada tahun 2014. Faktor ketiga adalah meningkatnyapartisipasi UMKM dalam platform online. Pada tahun 2017 total bisnis online meningkat sebesar 4,5 juta dan 99% di antaranya adalah usaha mikro. Keberadaan platform yang mendukung seperti eCommerce, maka lingkungan berbasis online untuk UMKM juga akan terbangun untuk memasarkan produk dan bertransaksi secara online. Lalu faktor keempat adalah bertumbuhnya investasi untuk ekonomi digital di Indonesia. Dilansir dari wartaekonomi, dari tahun 2015 sampai dengan 2017 indonesia mendapatkan sekitar 38% investasi untuk perusahaan ekonomi digital di Asia Tenggara atau sebesar US$5 miliar tentu saja hal ini akan memperkuat ekonomi digital di Indonesia. Sedangkan faktor  yang terakhir adalah adanya dukungan dari pemerintah di sektor ekonomi digital (Rahayu, 2019). Seperti dilansir dari tempo.co, bahwa Jokowi menyebutkan tiga dukungan pemerintah untuk ekonomi digital yaitu pembuatan internet berkecepatan tinggi dan Palapa Ring, menciptakan ekosistem yang mendukung dan nyaman, dan juga meningkatkan kualitas sumber daya manusia di dunia digital (Sani, 2019). Tentu saja dengan faktor-faktor tadi, perekonomian digital di Indonesia akan dapat melaju dengan pesat sekaligus berpotensi menjadi negara pemilik/pelaku/dengan ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara.

Untuk menjadi ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara, tentu saja terdapat tantangan-tantangan yang harus dihadapi oleh Indonesia. Lantas apa saja tantangan yang akan dihadapi oleh bangsa Indonesia di sektor ekonomi digital? (1) ​Cyber security.​ Cyber security ini telah menjadi masalah utama bagi perekonomian digital di seluruh dunia. Bahkan ​Kementerian Komunikasi dan Informatika yang diperkuat oleh Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan menyatakan bahwa Indonesia sendiri pernah mengalami lebih dari satu triliun serangan ​cyber setiap harinya (Ayuwuragil, 2017). Semakin berkembangnya ekonomi digital, maka semakin pentingnya sistem ​cyber security yang tinggi untuk melindungi transaksi dan investasi ekonomi digital agar menghindari kerugian yang diciptakan oleh adanya pihak tak bertanggung jawab. (2) Persaingan produk lokal dan UMKM dengan produk asing. Dengan berkembangnya ekonomi digital, maka akan semakin banyaknya produk asing yang masuk ke Indonesia, dan hal ini tentu saja akan menimbulkan persaingan antara produk lokal dan produk asing. Hal ini menjadi tantangan bagi pemerintah untuk memastikan bahwa produk lokal dan UMKM dapat bersaing dan menggunakan platform digital dengan baik agar ekonomi digital menjadi keuntungan penuh bagi Indonesia (Chat, 2019). (3) Kurangnya regulasi Pemerintah.

Regulasi adalah suatu hal yang sangat penting untuk dapat mengatur jalannya perekonomian tak terkecuali di sektor ekonomi digital. Seperti contohnya, berdasarkan data dari Kominfo pada tahun 2015, perusahaan Over The Top (OTT) asing menguasai 80% pendapatan iklan di Indonesia. Tentu saja jika tidak ditindaklanjuti, hal ini akan sangat merugikan bagi Indonesia. Maka dari itu, pembuatan regulasi dalam ekonomi digital menjadi cukup penting untuk menciptakan lingkungan perekonomian yang baik di negara Indonesia. (4) Sumber daya manusia profesional. Untuk membangun dan meningkatkan ekonomi digital, diperlukan adanya tenaga profesional yang memadai dan seperti yang kita tahu, kita masih kekurangan tenaga profesional untuk menyokong perekonomian digital di Indonesia. Salah satu cara untuk membangun tenaga profesional adalah dengan mengedukasi penduduk dan mempersiapkan sistem pendidikan yang sesuai dengan perkembangan zaman. (5) Ketersediaan akses internet. Pada saat ini penyebaran internet di Indonesia masih sangat terpusat di pulau Jawa (65%) danSumatra (15%). Sedangkan di pulau lainnya seperti Kalimantan, Sulawesi dan Papua, akses internet masih minim sehingga untuk menyokong ekonomi digital yang menjadikan internet sebagai dasarnya akan menjadi cukup sulit di pulau-pulau yang masih sedikit terjangkau internet (Soprema, 2017). Jika kita dapat mengatasi tantangan-tantangan yang ada, maka peluang perkembangan ekonomi digital di Indonesia akan menjadi lebih besar dan Indonesia dapat menjadi negara dengan ekonomi digital terbesar se-Asia Tenggara.

 


Article written by Saskia Rizqina dan Fernando Susanto

RISED Interns

Post a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *