Get In Touch
Gubeng Kertajaya V C/47 Surabaya,
East Java, 60286 - Indonesia
info@rised.or.id
Ph: +62 813 3516 1510
Work Inquiries
rised@rised.or.id
Ph: +62 813 3516 1510

Kontestasi Ideologi: Pembentukan Wacana Feminitas di Indonesia

Image by www.quartz.com

Feminitas dan feminisme memiliki arti yang berbeda, tetapi saling berkaitan. Feminitas diartikan sebagai ekspetasi masyarakat terhadap peran perempuan, sedangkan feminisme didefinisikan sebagai gerakan dalam mengupayakan persamaan hak perempuan dengan laki-laki (Adamson, 2017). Feminitas merupakan citra akan perempuan yang dikonstruksi oleh wacana publik dengan ideologi yang berbeda-beda dan pada akhirnya mempengaruhi corak pergerakan feminisme itu sendiri. Upaya pemberdayaan perempuan di Indonesia tidak terlepas dari pembentukan wacana akan feminitas.

Pembentukan wacana akan feminitas atau keperempuanan di Indonesia memiliki karakteristik tersendiri dengan adanya pengaruh dari ajaran agama dalam memandang peran perempuan. Bukan hanya ideologi berbasis agama yang mempengaruhi konstruksi feminitas di Indonesia, gerakan posfeminisme neoliberal yang erat hubungannya dengan gerakan feminis di negara-negara Barat turut mempengaruhi konstruksi feminitas di Indonesia. Perbedaan ideologi tersebut memiliki karakteristiknya masing-masing dalam memandang peran perempuan. Identifikasi perbedaan ideologi dan wacana akan feminitas dibutuhkan dalam implementasi kebijakan yang berkaitan dengan pemberdayaan perempuan. Kondisi tersebut menjadi latar belakang penelitian yang dilakukan oleh Oktaviani et al. (2021).

Penelitian Oktaviani et al. (2021) bertujuan untuk mengidentifikasi konstruksi feminitas di media online yang dibentuk oleh berbagai macam ideologi dan wacana. Media online dipandang sebagai medium yang dapat menggambarkan perbedaan ideologi dan wacana dalam mengkonstruksi feminitas. Selain itu, artikel media online cenderung lebih menggambarkan wacana yang dominan di masyarakat. Oktaviani et al. (2021) menganalisis artikel dari tiga media online yang dapat mewakilkan kelompok ideologi liberal, moderat, dan konservatif.

Penggelompokan konstruksi wacana akan feminitas dalam penilitian Oktaviani et al. (2021)  terdiri dari 4 macam, yaitu equal feminity, empowerd feminity, ethical feminity, dan religio-polical feminity. Masing-masing konstruksi memiliki pandangan dalam memposisikan peran perempuan dan berkaitan dengan ideologi tertentu.

Equal femininity

Konstruksi equal feminity memandang  kompetensi perempuan sama dengan laki-laki. Konstruksi wacana ini bersumber dari wacana terkait gerakan feminisme dan pemberdayaan perempuan. Tujuan dari konstruksi wacana ini untuk mendungkung kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan. Kesempatan laki-laki dan perempuan dipandang seimbang dalam konteks bisnis dan politik.

Empowered femininity

Konstruksi empowerd feminity dipengaruhi oleh wacana terkait dengan feminisme neoliberal dari negara-negara Barat. Perempuan tidak hanya dipandang setara dengan laki-laki, tetapi juga dipandang memiliki keuntungan lebih dibandingkan dengan laki-laki dikarenakan gender-nya.

Ethical femininity

Konstruksi ethical feminity memposisikan perempuan sebagai rekan dari laki-laki dan pembimbing bagi masyarakat. Konstruksi ini bersumber dari ajaran agama dalam menentukan kodrat perempuan. Terlepas dari dibebaskannya perempuan dalam berkarir, perempuan berperan sebagai ibu dan bertugas mengurus rumah tangga.

Religio‐Political femininity

Konstruksi religio-political feminity memposisikan perempuan sebagai pendukung atau pengikut laki-laki. Konstruksi wacana ini memandang bahwa perempuan tidak boleh berkompetisi dengan laki-laki. Partisipasi perempuan dalam masyarakat dibatasi. Perempuan bertugas untuk mengurus rumah tangga dan berperan dalam membesarkan anak.

Kelompok konstruksi wacana equal feminity, empowered feminity, dan ethical feminity  mendukung peran kepemimpinan perempuan dalam masyarakat. Namun, walaupun mendukung hak perempuan, ketiga macam konstruksi tersebut masih membebankan perempuan dengan adanya pembedaan peran antara perempuan dengan laki-laki.

Sebagai penutup, disimpulkan bahwa konstruksi wacana akan feminitas di Indonesia merupakan hasil dari konflik pemikiran di negara Timur dan Barat. Pada akhirnya identifikasi perbedaan ideologi dan wacana dalam membentuk feminitas diperlukan dalam konteks Indonesia sebagai negara yang kaya akan keberagaman sosio-ekonomi masyarakat dengan harapan tercapainya konsensus akan feminitas yang berujung pada peningkatan kesejahteraan bagi perempuan Indonesia.

 

Referensi :

Adamson, M. (2017). Postfeminism, Neoliberalism and A ‘Successfully’ Balanced Femininity in Celebrity CEO Autobiographies. Gender, Work and Organization, 24(3), 314–327. https://doi.org/10.1111/gwao.12167

Oktaviani, F. H., McKenna, B., & Fitzsimmons, T. (2021). Trapped within ideological wars: Femininities in a Muslim society and the contest of women as leaders. Gender, Work and Organization, December 2019. https://doi.org/10.1111/gwao.12662 

***Artikel ini disarikan dari diskusi internal RISED #11 dan Paper “Femininities in A Muslim Society and The Contest of Women As Leaders” oleh Fitri Hariana Oktaviani yang ditanggapi oleh Shochrul Rohmatul Ajija sebagai discussant.

Penyari : Radimas SuwardanaRISED Volunteer Staff

Post a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *