Get In Touch
Gubeng Kertajaya V C/47 Surabaya,
East Java, 60286 - Indonesia
info@rised.or.id
Ph: +62 813 3516 1510
Work Inquiries
rised@rised.or.id
Ph: +62 813 3516 1510

Peningkatan Akses Terhadap Layanan Keuangan dan Teknologi Seluler : Killing Two Birds With One Stone?

Picture by BeritaSatu.com

Akses terhadap layanan keuangan hingga saat ini masih menjadi salah satu tantangan terbesar di Indonesia. Tercatat bahwa sebanyak 17% dari total penduduk Indonesia tidak memiliki rekening bank (Survey on Financial Inclusion and Access, 2017). Selain itu, hampir 40% dari total populasi tidak memiliki tabungan dan hampir 60% di antaranya juga tidak memiliki akses pembiayaan kredit. Kesenjangan individu dan antar daerah dalam mengakses layanan keuangan juga masih menjadi permasalahan di Indonesia. Padahal, menurut World Bank, inklusi keuangan merupakan faktor pendukung utama yang dapat membantu individu untuk mengurangi tingkat kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan mereka. Oleh karena itu, pemerintah hingga saat ini terus berupaya untuk meningkatkan dan memperluas akses masyarakat terhadap layanan keuangan.

Berkaitan dengan hal tersebut, salah satu upaya yang bisa dilakukan oleh pemerintah di antaranya adalah dengan meningkatkan akses masyarakat terhadap teknologi seluler (mobile technologies). Dalam hal ini, studi yang dilakukan oleh Esquivias et al. (2020) berhasil menemukan bahwa penggunaan teknologi seluler, baik ponsel biasa maupun smartphone, memiliki dampak positif terhadap inklusi keuangan. Jika dibandingkan dengan individu yang tidak memiliki teknologi seluler, individu dengan ponsel biasa 5.5% lebih mungkin untuk menabung. Individu dengan smartphone bahkan memiliki probabilitas yang lebih besar, yaitu sebesar 10%. Mereka juga 18.6% lebih mungkin untuk mengakses layanan tabungan dari lembaga keuangan formal. Meskipun penggunaan teknologi seluler terbukti mampu meningkatkan probabilitas akses terhadap jenis layanan keuangan ini, Esquivias et al. (2020) tidak menemukan adanya probabilitas yang signifikan terhadap jenis layanan keuangan yang lain (e.g., pembayaran, transfer, m-banking, asuransi). Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan layanan keuangan masih belum sepenuhnya optimal.

Di sisi lain, studi yang dilakukan oleh Esquivias et al. (2020) berhasil membuktikan bahwa penggunaan teknologi seluler dan layanan keuangan secara signifikan meningkatkan kemungkinan seorang individu untuk memperoleh pendapatan yang lebih tinggi. Individu dengan ponsel biasa 13% lebih mungkin untuk keluar dari jurang kemiskinan: 8.8% lebih mungkin untuk berpindah dari kelompok berpenghasilan rendah ke berpenghasilan menengah dan 3.36% lebih mungkin untuk berpindah ke kelompok berpenghasilan tinggi. Sementara itu, kemungkinan bagi pengguna smartphone untuk memiliki penghasilan yang lebih tinggi adalah sebesar 5–7%. Temuan ini pada dasarnya merupakan bukti empiris dari adanya peran sentral penggunaan teknologi seluler dan layanan keuangan terhadap upaya pengurangan tingkat kemiskinan di Indonesia.

Berdasarkan poin-poin pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa upaya pemerintah dalam meningkatkan akses masyarakat terhadap layanan keuangan juga dapat diiringi dengan upaya peningkatan akses terhadap teknologi digital, khususnya teknologi seluler. Penggunaan teknologi seluler memungkinkan adanya akses terhadap informasi-informasi yang dapat meningkatkan literasi keuangan seorang individu. Tingkat literasi keuangan inilah yang kemudian dapat mendorong individu untuk mengakses layanan keuangan. Di Indonesia, Badan Pusat Statistik mencatat bahwa masih terdapat sekitar 38% dari total penduduk yang belum menggunakan telepon seluler pada tahun 2018. Sementara itu, 60% dari total populasi juga masih belum memiliki akses terhadap internet. Oleh karena itu, dengan adanya pengintegrasian upaya peningkatan akses keuangan dan teknologi seluler, pemerintah dapat secara sekaligus mengatasi dua permasalahan yang berbeda: killing two birds with one stone.

***Artikel ini disarikan dari Diskusi Internal RISED #10 tentang “Mobile Technologies, Financial Inclusion and Inclusive Growth in East Indonesia” yang ditulis oleh Miguel Angel Esquivias, Lilik Sugiharti, Ari Dwi Jayanti, Rudi Purwono, dan Narayan Sethi (2020).

 

***Penyari : Saskia Rizqina Maulida – Research and Programs Staff

Post a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *